Trading WIIM

Wismilak belum menerbitkan laporan keuangan Q4 (tahunan) 2023. Namun mengacu ke Laporan Keuangan Quartal III, annualized net income (proyeksi laba bersih 2023) Rp589 miliar, naik dari Rp249 miliar pada 2022. Jika menggunakan metode TTM (Trailing 12-month) net income Wismilak naik menjadi Rp 521 miliar. Kedua metode berkesimpulan sama: laba bersih naik lebih dari 100%.

Jika harga saham tidak naik dengan proporsi setara kenaikan net profit, maka valuasi WIIM menjadi lebih murah. Tools PE (price to earning) Band menunjukkan bawa curent price to earning (PE) ratio telah menyentuh angka 4,69. Normatifnya PE ratio yang fair adalah 10–yang artinya investasi kita memberi kita keuntungan 10%. Jadi dibandingkan nilai normatif, valuasi saham Wismilak dalam kondisi terdiskon separuh. Sungguh murah.

Akan tetapi bagi saya cara menilai valuasi dengan rasio price to earning yang lebih fair adalah membandingkan current PE dengan mean PE. Ini lebih fair dibandingkan menjadikan rata-rata PE atau PBV sektoral sebagai anchor sebab PE atau PBV sektoral seringkali bias nilai goodwill.

Dalam 3 tahun terakhir, rata-rata PE WIIM adalah 7,49. Itu berarti valuasi WIIM yang paling luas diterima pasar adalah pada harga yang sebenar 7,49 kali nilai laba bersih per lembar saham. Nilai deviasi PE WIIM dalam 3 tahun terakhir adalah 4,77. Fakta bahwa Current PE WIIM 4,69 menunjukkan bahwa valuasi WIIM dari sisi PE telah cukup murah. Jika membeli pada harga sekarang (di kisaran Rp1.540,-), potensi kenaikanya sekitar Rp900,- sebab harga WIIM pada PE rata-rata 4,77 adalah Rp2.459. Naik Rp900 berarti untung hampir 75%. Lumayan!

Hitung-hitungan di atas menyebabkan saya memutuskan mengakumulasi WIIM. Sedikit demi sedikit. Per akhir Maret saya telah mengumpulkan sejumlah lot WIIM pada harga rata-rata Rp1.540,-.***


Pukul 10.03, saya membuka aplikasi trading. Astaga! Harga WIIM telah berada di Rp1.160,-, jatuh kurang lebih 24% dari harga rata-rata saya pada Akhir Maret. Mendapatkan nilai asetmu berkurang seperempat tentu saja bikin jantung berdebar kencang. Itu normal.

Umumnya respon trader retail menghadapi kondisi ini adalah segera cut lost. Tetapi saya kira itu respon yang keliru dan tergesa-gesa. Segala yang diputuskan tergesa-gesa, apalagi dililingkupi kepanikan, biasanya akan berbuah sesal di kemudian hari. Saya menghindari kemungkinan penyesalan itu dengan menyakinkan diri bahwa sebelum memutuskan membeli WIIM, saya telah mempertimbangkan aspek fundamental.

Sebagaimana saya sampaikan di awal, fundamental makro–circumstances bisnis rokok–berpihak kepada Wismilak. Kenaikan cukai dan pajak rokok dari tahun ke tahun nyatanya belum signifikan menurunkan tingkat konsumsi rokok. Para perokok melakukan coping strategy, mengganti rokok mereka ke merek yang lebih murah. Jadinya Wismilak justru diuntungkan oleh kebijakan pajak dan cukai yang menaikan tarif cukai secara diskriminatif–proporsi kenaikan tarif cukai tier 1 lebih besar dibandingkan tier 2 dan 3.

Kondisi fundamental makro ini dikonfirmasi oleh fundamental mikro, terutama peningkatan penjualan dan indikator-indikator profitabilitas Wismilak. Bahkan bukan cuma penjualan rokok ke end consumer yang meningkat, penjualan produk antara ke pabrik rokok lain juga naik tajam. Menurut siaran pers perusahaan pada September 2023, peningkatan penjualan bersih filter rod (gabus filter dan selubung rokok) di kuartal ke-2 2023 naik 192% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penilaian salah publik telah menempatkan Wismilak dalam kondisi undervalue. Keuntungan terbesar bagi seorang trader adalah saat ia menjadi bagian dari minoritas yang benar, ketika mayoritas pelaku pasar salah menilai sebuah emiten.

Saya telah mengecek percakapan di grup-grup trader retail. Tidak ada yang bisa memberikan penjelasan memadai tentang mengapa harga WIIM bisa tiba-tiba jatuh 25% hingga sempat menyentuh batas bawah pada sesi perdagangan pertama. Lebih banyak pernyataan-pertanyaan berbasis konspirasi tanpa dasar, “tahayul”; dan upaya menghubung-hubungkan kejadian tanpa landasan yang kuat, memaksakan garis casualitas antara dua atau lebih fakta koinsidens.

Ada yang menganalisis kejatuhan ini berhubungan dengan kasus perebutan Graha Wismilak. Pada Agustus 2023 terjadi saling klaim kepemilikan Graha Wismilak antara pihak Wismilak versus Polda Jatim. Saya tidak akan bercerita banyak tentang kasus ini. Intinya ada saling klaim hak atas Hak Guna Bangunan bersejarah yang Wismilak gunakan sebagai kantor 3 anak perusahaannya sejak 1993. Polisi mengklaim mereka yang paling berhak sebab sejak 1945 hingga 1993 mereka yang menempati bangunan ini. Pihak Wismilak mengklaim sebaliknya, berdasarkan SHGB yang mereka kuasai setelah jual-beli dengan pihak sebelumnya.

Soal siapa yang akhirnya keluar sebagai pemenang saling klaim ini kita tunggu saja. Bisa saja kejatuhan tajam harga WIIM pada hari ini dilatarbelakangi sejumlah pihak mengetahui informasi rahasia (belum dipublikasikan) atas perkembangan kasus, dan dalam informasi tersebut pihak Wismilak kalah. Akan tetapi jika mengacu respon pasar saat hari demi hari kisruh ini terjadi secara intens, Agustus 2023, yaitu saat ramai-ramainya perang pernyataan Polda vs Wismilak, bahkan Polda menduduki dan menyita Graha Wismilak, pada sepanjang, tampaknya bukan kasus tersebut yang memprovokasi kejatuhan harga saat ini. Grafik di bawah menunjukkan tidak ada kepanikan yang tercermin dalam harga WIIM. Bahkan sebulan setelah hari-hari kisruh Graha Wismilak sangat intens, harga WIIM justru naik tajam.

Karena tidak menemukan alasan kuat di balik kejatuhan lebih dari seperempat harga WIIM pada sesi perdagangan pertama, alih-alih cut lost, saya malah memutuskan menambah kepemilikan WIIM, bahkan all in seluruh cash (saldo Rekening Dana Nasabah) yang saya miliki — setelah sebelumnya, pada pagi-pagi sebelum pasar buka telah digunakan sebagian untuk order beli guna menambah kepemilikan BABP, GOTO, dan SIMP. Saya bahkan membatalkan sejumlah order GOTO untuk menambah modal beli WIIM.

Hasilnya, pada sesi I perdagangan, saya berhasil menambah kepemilikan WIIM hingga 2 kali lipat–membeli pada harga Rp1.220, Rp1.200, dan Rp1.150–dan menurunkan harga rata-rata saya menjadi Rp1.255.

Ketika WIIM sempat turun ke titik Auto Reject Bawah, Rp1.135, saatnya sejumlah orang menjadi sangat panik, saya justru memikirkan bagaimana cara menambahkan dana untuk hantam kiri. Sayangnya tidak lagi tersedia cukup cash atau saldo RDN untuk itu.

Tampaknya keyakinan saya mulai berjodoh. Harga WIIM berangsur-angsur naik kembali meski masih jauh dari harga pembukaan. Pada pukul 16.00 WITA, WIIM bergerak di kisaran harga Rp1.200-Rp1.215. Kerugian di atas kertas (unrealized loss) saya yang pada sejam pertama pembukaan bursa mencapai 25% kini tersisa 4%.

Beberapa spekulasi yang lebih masuk akal akhirnya muncul di media percakapan trader retail. Kepanikan hari ini disebabkan hingga tenggat 31 Maret kemarin laporan keuangan tahunan WIIM belum muncul. Orang takut gara-gara itu BEI memasukkan WIIM ke dalam Papan Pemantauan Khusus yang menyebabkan harga WIIM bisa terjun bebas ke Rp1,-. Beberapa perusahaan telah jadi korban kebijakan BEI yang baru berlaku kurang dari sebulan ini.

Ketika Laporan Keuangan 2023 bertandatangan akuntan publik Fendri Sutejo bertitimangsa 27 Maret 2024 akhirnya muncul di website Wismilak–di website IDX/BEI belum muncul–kepanikan itu akhirnya mereda. Dalam laporan keuangan 2023 tersebut, total laba 2023 yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp494.3 miliar. Sementara earning per share, EPS, menjadi Rp238,50. Sekalipun kurang Rp90 milyar dari perkiraan annualized net income berdasarkan laporan keuangan kuartal 3 (Rp589 miliar), tetap saja net income Wismilak naik 100%.

Well, saya yakin beberapa hari ke depan, harga WIIM bukan cuma kembali ke harga pembukaan hari ini, tetapi naik tinggi hingga target Rp2.500 tercapai. Jikapun kurang beruntung, setidaknya mencapai value PE rata-rata, yaitu 7,49 x Rp238,50 = Rp1.786,-. Itu berarti, dengan harga rata-rata saya yang kini telah turun ke Rp1.255, saya akan untung Rp531,365 atau sebesar 42%. Lumayan lah.

Hmm, 30 menit lagi pasar 1 April 2024 tutup. Semoga.***


Saya tambah lagi koleksi WIIM. Harga rata-rata menjadi Rp1.236,-. Sementara harga pasar menjelang penutupan sesi I Rp1.205. Unrealized lost turun menjadi -2.54%.

Saya menambah lagi porsi kepemilikan WIIM. Harga rata-rata turun menjadi Rp1.230,-. WIIM dibuka pada harga Rp1.200,- dan ditutup pada harga terendah Rp1.170,-. Masygul … miserable.

Hari ini saya berpikir, mungkin kejatuhan dalam WIIM saat ini bukan karena sentimen negatif yang superfisial. Bisa jadi sentimen bearish ini dilatarbelakangi pengetahuan atau penyimpulan cermat sejumlah pelaku pasar terhadap hal-hal merugikan di balik informasi laporan keuangan.

Saya coba melihat lebih saksama angka-angka yang mungkin bisa menerbitkan kecemasan investor dan mendorong mereka melakukan penjualan besar-besaran saham WIIM.


Arus Kas Operasional Negatif.
Pada balance sheet (neraca) tahunan 2023 dinyatakan bahwa posisi kas 31 Desember 2023 Rp279,47 miliar, jauh mengecil dibandingkan tahun sebelumnya Rp712,08 miliar. Dari sini sudah tampak bahwa sepanjang 2023 terjadi arus kas negatif sehingga perusahaan harus menggunakan cadangan kas.

Dalam Laporan Arus Kas, tampak bahwa arus kas operasi berubah dari Rp300,47 miliar pada 2022 menjadi minus Rp200.18 miliar. Artinya terjadi lonjakan beban operasi yang melampaui pendapatan sehingga defisit Rp300 miliar. Pembalikan ini cukup drastis mengingat operasional cash flow Wismilak dalam 5 tahun sebelumnya (2018-2022) selalu positif. Apalagi hingga akhir September 2023, operasional cash flow masih positif Rp329,18 miliar. Tentu ada kondisi luar biasa sepanjang quartal terakhir 2023 yang menyebabkan arus kas operasional bisa berbalik negatif. Boleh diduga lonjakan biaya operasional mencapai setidaknya Rp500 miliar.

Dilacak pada arus kas, lonjakan pengeluaran terbesar adalah pada pembayaran pajak penghasilan. Pembayaran pajak penghasilan pada 2023 sebesar Rp118.240.423.027,-, naik 195%–nyaris 3x–dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp40.103.992.594,-. Kenaikan ini sebenarnya wajar, disebabkan terutama oleh kenaikan laba sebelum pajak. Pada 2022 laba sebelum pajak Wismilak dan entitas anak Rp319.471.051.042 dan berkonsekuensi pada beban pajak tahun berjalan sebesar Rp62.408.301.560,- (19,53% dari laba sebelum pajak). Pada 2023, dengan laba Rp634.835.802.093,-, beban pajak tahun berjalan menjadi Rp136.981.601.240,- (21,58% dari laba sebelum pajak).

Sebenarnya sekalipun dengan kenaikan nominal beban pajak penghasilan, PT Wismilak bisa tetap mempertahankan operational cash flow positif jika ia mempertahankan nilai pembayaran kas kepada pemasok dan lainnya sebesar 90% dari nilai penerimaan kas dari pelanggan, sebagaimana pada 2022. Jika rasio ini bisa dipertahankan pada 2023 maka masih terdapat surplus arus kas hampir Rp440 miliar. Dikurangi pembayaran pajak penghasilan, masih terdapat surplus arus kas operasi sekitar Rp320 miliar. Akan tetapi pada 2023, nilai pembayaran kas kepada pemasok dan lainnya mencapai 102% terhadap penerimaan kas dari pelanggan, defisit Rp81 miliar.

Harga WIIM dibuka para Rp1.180, lebih tinggi dari harga penutupan 3 April. WIIM sempat mencapai harga tertinggi Rp1.215,- dan akhirnya ditutup pada Rp1.200. Harga pada 4 April tidak pernah lebih rendah dari Rp1.180,-.

Ini pertanda baik. Apalagi volume perdagangan juga menunjukkan peningkatan, dari 2,757 juta lembar pada hari sebelumnya, saat harga jatuh ke Rp1.170, menjadi 3,512 juta lembar.

Peningkatan volume saham yang diperjualbelikan saat harga naik menunjukkan sikap pasar yang menginginkan harga naik. Jika diasumsikan satu lembar saham mewakili satu orang, maka ada 27% lebih banyak orang yang menghendaki WIIM naik ke Rp1.200 dibandingkan yang menginginkan WIIM tetap turun ke Rp1.170,-. Bahkan pada 4 April tidak ada lagi yang ingin menjual WIIM pada harga Rp1.170,-.

Prinsipnya, volume naik saat harga naik itu baik. ***


WIIM dibuka pada Rp1.205. Ada gap, loncatan dari harga penutupan hari sebelumnya yang sebesar Rp.1200,-. Itu artinya pasar dibuka dengan sedikit antusiasme. Tidak ada yang hendak menjual WIIM pada harga di bawah Rp1.205,-.

Ketika sejumlah penawaran yang lebih pesimis muncul pada harga Rp1.200, demand yang sedikit optimis melahapnya sehingga harga kembali naik ke Rp1.205,-. Optimisme terbatas hari ini sempat menaikkan harga WIIM ke Rp1.215. Sayangnya kekuatan demand dan supply akhirnya berdamai kembali pada harga Rp1.205,- saat penutupan.

Volume perdagangan yang sebesar 3.243 juta lembar, tidak jauh berbeda di bandingkan hari Kamis kemarin. Volume Moving Average 20 hari terakhir adalah 4.465 juta lembar, dan VMA 60 adalah 4.045 juta lembar. Dengan demikian Relative Volume (RV) terhadap VMA 20 adalah 73%. Sementara RV 60 adalah 80%.

Saya telah menetapkan rentang RV 80-120% VMA 20 atau VMA 60 sebagai range pergerakan normal, sebuah sikap moderat pasar terhadap harga yang terbentuk. RV di bawah 80% menunjukkan sikap dingin. Pasar sedang memalingkan wajahnya dari harga yang terbentuk, atau sikap wait and see, atau pula sebuah kondisi mereda dari hysteria atau euphoria sebelumnya. Sementara RV lebih besar dari 120% adalah kondisi hysteria (panic) atau euphoria.



You cannot copy content of this page.

If you need copy of the content, please contact me at gegehormat@gmail.com.