Di luar perkiraan, GOTO tersungkur hingga sempat menyentuh level terendah sepanjang sejarah, Rp50,-, pada sesi perdagangan pertama. Untunglah, pada sesi perdagangan kedua, harga dengan cepat kembali naik hingga ditutup pada Rp56,-, turun dua basis poin dari harga penutupan kemarin.
Jatuhnya harga GOTO ke Rp56,- apalagi lebih rendah dari itu, tidak pernah ada di dalam perkiraan saya. Memang, dalam dua hari belakangan saya terus menunggu turunnya harga GOTO untuk menambah kepemilikan. Tetapi perkiraan saya harga paling rendah paling-paling menyentuh Rp58,-. Karena itu dalam dua hari belakangan saya terus mencicil saham GOTO pada rentang harga Rp58,- hingga Rp61,-.
Dalam pikiran saya, agenda-agenda RUPS pada 11 Juni besok seharusnya memberikan sentimen positif sekalipun ada satu-dua poin yang dapat memancing aksi jual. Dari 10 agenda pembahasan RUPSLB, 4 di antaranya berpotensi memancing sentimen positif atau negatif.
Keempat agenda yang berpotensi memancing sentimen positif atau negatif adalah 1) pencalonan Patrick Sugito Walujo sebagai pemegang saham Seri B; 2) usulan buyback sebanyak-banyaknya Rp3,2 triliun, atau setara US$200 juta; 3) pengangkatan kembali sejumlah komisaris dan direktur –seperti Dirk Van den Berghe, Garibaldi Thohir, Wishnutama Kusubandio, Jacky Lo, Hans Patuwo, dan Catherine Hindra Sutjahyo– dan tidak diperpanjang atau tidak diangkat kembali sejumlah tokoh perintis GOTO — William Tanuwijaya, Melissa Siska Juminto– dalam jabatan komisaris atau direktur; plus persetujuan pengunduran diri Andre Soelistyo dari Komisaris, serta 4) private placement sebanyak-banyaknya 10% dari modal disetor dan ditempatkan.
Rencana memberikan hak saham seri B kepada Patrick Walujo, Dirut GOTO adalah kabar yang sangat baik. Selama menjabat Dirut –sejak bertukar posisi dengan Andre Soelistyo pada RUPST, Juni tahun lalu– Patrick telah membuktikan kecakapannya memimpin GOTO dengan mewujudkan janji pencapaian ebitda positif Gojek. Patrik juga berhasil memangkas tingkat kerugian GOTO dalam porsi yang memuaskan. Memberikan hak saham seri B, saham dengan hak suara multiple, kepada Patrik adalah tindakan menjamin peta jalan menuju profitabitas akan on the right track.
Rencana buyback seham GOTO hingga Rp3,2 triliun adalah kabar sangat menggembirakan dan menjadi landasan utama saya mengumpulkan lebih banyak saham GOTO. Pembelian kembali saham yang beredar oleh perusahan berarti peningkatan demand dan selanjutnya pengurangan supply saham di pasar sekunder dalam kurun waktu cukup lama, selama-lamanya 3 tahun. Hal ini akan mendorong kenaikan harga saham GOTO.
Bagi sebagian orang, hengkangnya sejumlah nama yang dianggap perintis GOTO –William Tanuwijaya, Melissa Siska Juminto, dan Andre Soelistyo–adalah kabar negatif. Pandangan seperti ini boleh jadi dilatarbelakangi prasangka yang umum bahwa listing di bursa (go public) adalah exit strategy para perintis start up. Hengkangnya para perintis dicurigai sebagai aksi menumpang sekoci meninggalkan kapal yang sedang terbakar, setelah terlebih dahulu mengambil untung dari publik melalui IPO.
Saya kira pandangan ini kurang tepat. yang pertama karena kenyataannya ketiga orang tadi masih merupakan pengendali GOTO melalui penguasaan terhadap saham, baik seri A maupun B. Yang kedua, Melissa dan William adalah orang-orang Tokopedia. William merupakan pendiri Tokopedia, Melissa adalah CEO-nya. Ketika Tokopedia telah dilepas kepada Tiktok (GOTO hanya menguasai seperempat saham), wajar jika keahlian William dan Melissa tidak lagi terlalu signifikan untuk GOTO.
Mungkin yang patut dipikirkan oleh pengunduran diri Andre Soelistyo. Tetapi itupun bisa diabaikan dengan mempertimbangkan latar belakang Andre dan Patrick Walujo yang sama-sama orang NorthStar. Patrick adalah co-founder Northstar Group, investor mula-mula Gojek. Sebelum merintis Gojek bersama Kelvin Alvi dan Nadiem Makarim, Andre Soelistyo adalah Direktur Eksekutif Northstar Group. Dengan kata lain,Andre dan Patrick adalah orang-orang seperguruan. Salah satu pergi tidak mengapa.
Agenda yang bikin jengkel adalah pembahasan usulan private placement. Agenda ini kontradiktif dengan kondisi kas GOTO yang berlimpah–karenanya tidak membutuhkan tambahan dana melalui private placement–serta bertentangan dengan dampak kenaikan harga saham yang diharapkan dihasilkan oleh buyback. Berkebalikan dengan buyback, private placement akan menambah jumlah saham beredar.
Memang, private placement bertujuan menggaet investor strategis. Masuknya investor strategis baru mungkin saja berdampak menambah kepercayaan pasar terhadap masa depan GOTO. Tetapi bukankah publik juga tahu bahwa sejumlah investor kakap non pemodal awal GOTO selama ini terus menambah kepemilikan GOTO melalui pasar sekunder? Untuk apa harus private placement jika tanpa itupun investor strategis baru terus menambah kepemilikan GOTO?
Maka ketika hari ini beredar kabar GOTO membatalkan agenda pembahasan rencana private placement, hemat saya pasar seharusnya bergembira. Tetapi anehnya pasar justru merespon negatif dan berdampak harga GOTO turun hingga sempat menyentuh dasar Rp50,-.
Terlepas dari respon negatif pasar, saya justru melihat penurunan harga hari ini sebagai peluang. Karena tidak lagi memiliki saldo cukup di RDN setelah menambah kepemilikan GOTO pada harga Rp59-Rp61 sejak kemarin hingga perdagangan sesi I, saya terpaksa menjual semua ITMG dan SIMP pada harga yang cuma untung sangat sedikit. Bahkan boleh dikatakan kembali pokok. Saya merasa tingkat keuntungan dari ITMG dan SIMP pada kuartal keempat nanti (Oktober-Desember) tidak akan lebih dari 30%. Sebaliknya keuntungan dari GOTO dapat mencapai 40% jika saya dapat menekan harga rata-rata ke Rp60,-.
Maka dengan modal hasil penjualan ITMG dan SIMP, bahkan ditambah menjual beberapa lot MYOR pada tingkat keuntungan 7%, saya menambah kepemilikan GOTO hingga hampir 3 kali lipat dan berhasil mencapai harga rata-rata Rp60,06.
Well, keputusan sudah dieksekusi. Kini tinggal menunggu selama 4-6 bulan ke depan. Semoga.
,